Rabu, 03 Oktober 2012

WISATA JOGJA


WISATA JOGJA




MALIOBORO


   

Alamat: Jl. Malioboro, Yogyakarta, Indonesia
Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.
MALIOBORO
Menyusuri Jalan Karangan Bunga dan Surga Cinderamata di Jantung Kota Jogja
Matahari bersinar terik saat ribuan orang berdesak-desakan di sepanjang Jalan Malioboro. Mereka tidak hanya berdiri di trotoar namun meluber hingga badan jalan. Suasana begitu gaduh dan riuh. Tawa yang membuncah, jerit klakson mobil, alunan gamelan kaset, hingga teriakan pedagang yang menjajakan makanan dan mainan anak-anak berbaur menjadi satu. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya rombongan kirab yang ditunggu pun muncul. Diawali oleh Bregada Prajurit Lombok Abang, iring-iringan kereta kencana mulai berjalan pelan. Kilatan blitz kamera dan gemuruh tepuk tangan menyambut saat pasangan pengantin lewat. Semua berdesakan ingin menyakasikan pasangan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara yang terus melambaikan tangan dan menebarkan senyum ramah.
Itulah pemandangan yang terlihat saat rombongan kirab pawiwahan ageng putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X lewat dari Keraton Yogyakarta menuju Bangsal Kepatihan. Ribuan orang berjejalan memenuhi Jalan Malioboro yang membentang dari utara ke selatan. Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Meski waktu terus bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah berubah. Hingga saat ini Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Titik Nol masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya.
Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya. Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu.
Melihat Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari mereka pulalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan yang akhirnya mengakar dan sangat identik dengan Malioboro. Menikmati makan malam yang romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project akan menjadi pengalaman yang sangat membekas di hati.
Malioboro adalah rangkaian sejarah, kisah, dan kenangan yang saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah menyambanginya. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.
Keterangan: Karnaval dan acara yang berlangsung di Kawasan Malioboro biasanya bersifat insidental dengan waktu pelaksanaan yang tidak menentu. Namun ada beberapa kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun seperti Jogja Java Carnival yang selalu dilaksanakan tiap bulan Oktober, Festival Kesenian Yogyakarta pada bulan Juni hingga Juli, serta Pekan Kebudayaan Tionghoa yang dilaksanakan berdekatan dengan perayaan tahun baru China (Imlek).











PASAR BERINGHARJO

   

Pasar Beringharjo telah digunakan sebagai tempat jual beli sejak tahun 1758. Tawarannya kini kian lengkap; mulai dari batik, jajanan pasar, jejamuan, hingga patung Budha seharga ratusan ribu.
Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta
Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Bagian depan dan belakang bangunan pasar sebelah barat merupakan tempat yang tepat untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, dapat dijumpai brem bulat dengan tekstur lebih lembut dari brem Madiun dan krasikan (semacam dodol dari tepung beras, gula jawa, dan hancuran wijen). Di sebelah selatan, dapat ditemui bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue basah seperti hung kwe dan nagasari. Sementara bagian belakang umumnya menjual panganan yang tahan lama seperti ting-ting yang terbuat dari karamel yang dicampur kacang.
Bila hendak membeli batik, Beringharjo adalah tempat terbaik karena koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga miring dapat dijumpai di sekitar eskalator pasar bagian barat.
Berjalan ke lantai dua pasar bagian timur, jangan heran bila mencium aroma jejamuan. Tempat itu merupakan pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-rempah. Bahan jamu yang dijual misalnya kunyit yang biasa dipakai untuk membuat kunyit asam dan temulawak yang dipakai untuk membuat jamu terkenal sangat pahit. Rempah-rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk coklat pada cappucino).
Pasar ini juga tempat yang tepat untuk berburu barang antik. Sentra penjualan barang antik terdapat di lantai 3 pasar bagian timur. Di tempat itu, anda bisa mendapati mesin ketik tua, helm buatan tahun 60-an yang bagian depannya memiliki mika sebatas hidung dan sebagainya. Di lantai itu pula, anda dapat memburu barang bekas berkualitas bila mau. Berbagai macam barang bekas impor seperti sepatu, tas, bahkan pakaian dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga aslinya dengan kualitas yang masih baik. Tentu butuh kejelian dalam memilih.
Puas berkeliling di bagian dalam pasar, tiba saatnya untuk menjelajahi daerah sekitar pasar dengan tawarannya yang tak kalah menarik. Kawasan Lor Pasar yang dahulu dikenal dengan Kampung Pecinan adalah wilayah yang paling terkenal. Anda bisa mencari kaset-kaset oldies dari musisi tahun 50-an yang jarang ditemui di tempat lain dengan harga paling mahal Rp 50.000,00. Selain itu, terdapat juga kerajinan logam berupa patung Budha dalam berbagai posisi seharga Rp 250.000,00. Bagi pengoleksi uang lama, tempat ini juga menjual uang lama dari berbagai negara, bahkan yang digunakan tahun 30-an.
Jika haus, meminum es cendol khas Yogyakarta adalah adalah pilihan jitu. Es cendol Yogyakarta memiliki citarasa yang lebih kaya dari es cendol Banjarnegara dan Bandung. Isinya tidak hanya cendol, tetapi juga cam cau (semacam agar-agar yang terbuat dari daun cam cau) dan cendol putih yang terbuat dari tepung beras. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur. Harga minuman pun tak mahal, hanya sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 2000.
Meski pasar resmi tutup pukul 17.00 WIB, tetapi dinamika pedagang tidak berhenti pada jam itu. Bagian depan pasar masih menawarkan berbagai macam panganan khas. Martabak dengan berbagai isinya, terang bulan yang legit bercampur coklat dan kacang, serta klepon isi gula jawa yang lezat bisa dibeli setiap sorenya. Sekitar pukul 18.00 WIB hingga lewat tengah malam, biasanya terdapat penjual gudeg di depan pasar yang juga menawarkan kikil dan varian oseng-oseng. Sambil makan, anda bisa mendengarkan musik tradisional Jawa yang diputar atau bercakap dengan penjual yang biasanya menyapa dengan akrab. Lengkap sudah.












Museum Wayang Kekayon


Pendiri Museum Wayang Kekayon adalah Soejono Prawirohadikusumo. Inspirasi museum diperoleh saat studi di Gronigen, Belanda pada tahun 1966-1967. Pada waktu itu seorang direktur Rijksmuseum, Amsterdam mengemukakan adalah dosa bila di Yogyakarta tidak memiliki museum wayang dan mendirikan museum pribadi bukanlah persoalan kaya atau berduit, tetapi persoalan motivasi, ketekunan, dan kesabaran.

Kompleks Museum Wayang Kekayon terdiri dari:
Museum Wayang, terdiri dari satu unit auditorium (tempat memberi informasi mengenal asal-usul dan klasifikasi wayang) dengan sembilan unit ruang pameran yang menggelarkan segala macam wayang yang pernah ada di Jawa, ditambah beberapa wayang dari luar Jawa dan mancanegara.
Gedung induk dengan arsitektur khas Jawa.
Sejarah dalam Taman terdiri dari bangunan-bangunan yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman manusia purba, pengaruh Austronesia, Hindu, era Majapahit, pengaruh Islam, Belanda, era Kartasura, era Mangkubumi, zaman Jepang, sampai proklamasi.






Kompleks Rumah Dome
Alamat : Dusun Ngelepen


Kompleks Rumah Dome merupakan kompleks perumahan bagi warga Dusun Ngelepen Prambanan, Sleman. Keberadaan kompleks perumahan dengan bentuk yang unik ini tak dapat dipisahkan dari peristiwa gempa bumi 27 Mei 2006 lalu yang mengakibatkan kerusakan hebat dan ambruknya rumah-rumah warga. Dusun Ngelepen terkena dampak yang cukup besar akibat bencana tersebut. Perkampungan yang dahulu dijadikan tempat tinggal warga dusun ini sudah tidak memungkinkan ditempati kembali. Karena kondisi tersebut para penduduk segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Melihat keadaan tersebut, pada bulan september 2006 Lembaga Masyarakat Non-Pemerintah dan Domes for The World Foundation memberikan bantuan rumah kepada penduduk dengan donatur tunggal Ali Alabar pemilik Emaar Property Dubai.

Bentuk bangunan yang unik menjadi karakter lokasi wisata Rumah Dome. Bentuknya yang seperti kubah atau setengah telur ini mengingatkan kita akan rumah teletubies yaitu serial boneka yang sangat disukai anak-anak dan pernah booming beberapa waktu lalu. Karena hal itu, warga yang tinggal di sekitar kompleks Rumah Dome terbiasa menyebutnya Rumah Teletubies.








Museum Batik


Museum Batik Yogyakarta merupakan Museum Batik pertama di Yogyakarta. Museum tersebut diresmikan pada tanggal 12 Mei 1977 oleh Kanwil P & K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Uniknya tempat tersebut di kelola oleh pihak swasta dan dijadikan tempat tinggal pemiliknya. Museum Batik Yogyakarta memperoleh penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) atas karya batik sulaman terbesar berukuran 90 x 400 cm² pada rahun 2000. Setelah itu pada tahun 2001 museum tersebut memperoleh lagi penghargaan dari MURI sebagai pelopor berdirinya museum sulaman pertama di Indonesia.
Koleksi batik pada Museum Batik Yogyakarta dapat dikatakan cukup lengkap. Tidak hanya batik gaya Yogyakarta, museum tersebut juga memiliki koleksi Batik Klaten, Batik Solo, Batik Pekalongan, dan Batik Banyumas. Untuk koleksi jenis motifnya, kebanyakan terdapat motif pinggiran, pesisiran, terang bulan, juga motif esuk-sore. Bentuk dari batik-batik ini seperti kain panjang dan ada juga yang seperti sarung.
Terdapat pula sulaman hasil karya pemilik museum, diantaranya berupa gambar Soekarno, Soeharto, Hamengku Buwono IX, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Megawati, Bunda Theresa, dan Paus Yohanes Paulus II.
Tidak akan lengkap museum tanpa benda-benda antik dan kuno. Museum Batik Yogyakarta memiliki batik tertua yang dibuat pada tahun 1840. Dan ada pula koleksi tua lain yang tidak kalah antiknya seperti Kain Panjang Soga Jawa sekitar tahun 1950-1960, Sarung Panjang Soga Jawa sekitar tahun 1920-1930 buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta, dan Sarung Isen-isen Antik sekitar tahun 1880-1890 buatan EV. Zeuylen dari pekalongan. Seluruh koleksi tersebut tersusun dengan rapi dalam lemari kaca yang tipis, agar pengunjung dapat melihatnya secara jelas dari arah depan juga belakang.





Jeron Beteng Heritage Trail

Keraton adalah salah satu tempat wisata di Yogyakarta yang menarik untuk dikunjungi. Di sini kita bisa belajar banyak mengenai sejarah Yogyakarta, terutama yang berada di komplek Istana Kraton Yogyakarta, Tamansari, dan Museum Sonobudaya dan Museum Kereta. Pesona menarik yang sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal sebagai lokasi wisata.
Benteng yang disebut sebagai benteng Baluwertini dulunya merupakan alat pertahanan yang melindungi kerajaan dari serangan musuh-musuhnya. Beteng Baluwerti antara lain terdiri empat buah pojok beteng dan lima buah plengkung sebagai pintu masuk ke dalam wilayah Jeron Beteng, Alun-alun Utara dan Selatan serta Regol Pangurakan. Sementara itu pusaka budaya yang ada di Jeron Beteng adalah beberapa masjid, beberapa dalem (rumah bangsawan), berbagai rumah tradisional, museum kereta, Museum Sonobudoyo, Museum Gamelan, Pasar Ngasem, kandang gajah dan bengkel wayang.
Pantai Parangtritis


Pantai Parangtritis merupakan salah satu pantai yang menjadi tujuan wisata utama di Yogyakarta. Pantai yang terkenal dengan sebutan Pantai Selatan menyimpan sejuta pesona baik pandangan alamnya maupun legendanya, terletak di Kabupaten Bantul. Legenda Nyai Roro Kidul sangat kuat melekat di hati mastarakat Jawa, baik sebagai penguasa pantai selatan maupun sebagai suami raja-raja Jawa. Pantai Parangtritis saat ini menjadi salah satu tujuan wisata utama selain Kraton dan Kaliurang.

Pantai Kukup


Panyai Kukup yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul merupakan pantai unggulan dengan kekuatan biota laun dan pasir putihnya. Pantai ini memiliki kelebihan karang pantai sehingga sangat nyaman untuk bersantai dengan keluarga.


Pantai Wedi Ombo
Hit: 6223

Pantai Wediombo terletak di Kabupaten Gunung Kidul, merupakan pantai yang masih memperlihatkan keaslian alamnya. Pantai alami denga panorama yang sangat indah, berbentuk teluk dengan hamparan pasir putihnya sangat sering dipergunakan untuk menikmati suasana sunset dengan sempurna.

Puncak Merapi
Hit: 5712

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di dunai. Meskipun terlihat garang, namun puncak gunung ini sangat indah dinikmati, terutama bagi para pecinta alam. Wisata petualangan (trackking) banyak ditawarkan kepada wisatawan untuk bisa menikmati keindahan Yogyakarta dari atas gunung. Gunung yang menjadi gunung suci bagi masyarakat Jawa terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah.

Makanan Gudeg


Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui dengan kluwek. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal gorengkrecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
Gudeg Kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang.
Gudeg Basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
Gudeg Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.
Pusat Oleh-oleh Kuliner Pathuk


Bakpia adalah nama makanan khas Jogja yang kerap dipakai sebagai oleh-oleh wisatawan yang datang ke Jogja. Pusat pembuatan bakpia selama ini dikenal di Pathuk, sebuah kawasan di belakang Malioboro, tepatnya di sebelah barat kawasan Malioboro. Kawasan ini sangat terkenal karena merupakan salah satu pusat kuliner di Kota Yogyakarta dan menjadi "jujugan" wisatawan untuk mencari oleh-oleh khas Jogja.
Kampung Wisata Dipowinatan


Dipowinatan atau yang lebih dikenal dengan Dipowisata merupakan sebuah kampung yang terletak di tengah kota Yogyakarta dengan dinamika kehidupan sosial yang tidak berbeda jauh dengan kampung yang lain yang ada di kota Yogyakarta. Akan tetapi masyarakat Dipowinatan mampu memberikan nilai yang berbeda dimana potensi kampung yang ada dikemas menjadi sebuah daya tarik wisata yang membawa pengunjung/wisatawan pada kehidupan asli masyarakat kampung Yogyakarta. Banyak wisatawan yang sudah berkunjung ke kampung wisata Dipowinatan khususnya wisatawan dari Ceko dan saat ini mulai dikembangkan pasar Eropa Timur lainnya..
Berbagai kegiatan yang dapat dinikmati wisatawab di kampung wisata Dipowinatan adalah :
1. Blusukan atau jalan-jalan menikmati suasasna kampung Dipowinatan.
2. Kunjungan atau bertemu pada sebuah keluarga Jawa
3. Menikmati nilai tradisi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
4. Menikmati sajian seni budaya dan tradisi masyarakat Jawa

Desa Wisata Fauna


Burung kuntul adalah daya tarik utama yang ternyata menyimpan pesona atraksi magis tersendiri. Burung kuntul yang langka ini dapat ditemui dalam komunitas yang banyak di desa Ketingan, Tirtoadi, Mlati.

Desa Wisata Budaya


Memiliki keunggulan seni tradisionalnya seperti: Sholawat, cokekan, angguk, pek bung, uyon-uyon, wayang kulit, jathilan, tradisi budaya hidup masyarakatnya dan rumah-rumah tradisionalnya.

Adapun desa wisata budaya meliputi:
Brayut, Pandowoharjo, Sleman.
Tanjung, Donoharjo, Ngaglik.
Sambi, Pakembinangun, Pakem.
Grogol, Margodadi, Seyegan
Mlangi,  Nogotirto, Gamping
Candi Abang, Jogotirto, Berbah
Plempoh, Bokoharjo, Prambanan
Srowolan, Purwobinangun, Pakem
Pajangan, Pandowoharja, Sleman

Desa Wisata Agro


Kabupaten Sleman merupakan penghasil salak yang cukup dikenal, untuk menikmati berbagai macam jenis salak yang ada di Sleman wisatawan dapat mengunjungi Desa Wisata Agro ini. Dari salak Pondoh, salak Gading, salak Madu, serta berbagai hasil olahannya.

Adapun desa wisata Agro meliputi:
Gabugan, Donokerto, Turi
Jambu, Kepuharjo, Cangkringan
Trumpon, Merdikorejo, Tempel
Kelor, Bangunkerto, Turi

Kraton Yogyakarta Hadinigrat


Kraton Yogyakarta adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan Hamengku Buwana dan keluarganya ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini Kraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta.

Buka    :    Senin – Minggu         08.00-14.00
                  Jum’at                       08.00-12.00

Desa Wisata Lereng Merapi


Obyek wisata ini menawarkan trekking lintas lereng Merapi, dan nikmatnya makanan tradisi setempat.
Adapun desa wisata lereng Merapi meliputi:
Kaliurang Timur, Hargobinangun, Pakem
Turgo, Purwobinangun, Pakem
Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan
Tunggularum, Wonokerto, Turi
Desa Wisata Kerajinan


Memenuhi keinginan wisatawan yang ingin berbelanja hasil kerajinan dari bambu, kayu, mendong dan sutera.
Adapun desa wisata kerajinan meliputi:
Sendari, Tirtoadi, Mlati
Brajan, Sendangagung, Moyudan
Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan
Malangan, sumberagung, Moyudan
Dukuh, Wirobrajan
 Desa Wisata Pertanian

wisatawan dapat melihat sistem pertanian tradisional di berbagai Desa Wisata pertanian ini sekaligus menikmati hasil pertanian dan perikanan seperti udang galah dan ikan air tawar.
Adapun desa wisata pertanian meliputi:
Jamur, Sendangrejo, Minggir
Garongan, Wonokerto, Turi
Bokesan, Sindumartani, Ngempla
TUGU JOGJA



Tugu sebagai landmark paling terkenal dari Kota Yogyakarta. Pada awalnya bentuk tugu adalah Golong-Gilig yang emiliki makna satu kesatuan tekad cipta, rasa dan karsa. sebagai salah satu poros imajiner antasa laut selatan, kraton, dan Gunung Merapi. dibangun sekutar setahun setelah kraton dibangu.
Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentukGolong-Gilig tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.
Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh  dan pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja atau sekadar berfoto denganya. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.






Alun-alun Selatan


Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, harfiaf=jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.
Alun-alun selatan, dulunya tempat latihan baris prajurit keraton, sehari sebelum upacara grebeg. Tempat itu juga sebagai ajang sowan abdi dalem wedana prajurit berserta anak buahnya, di malam bulan Puasa tanggal 23, 25, 27 dan 29. Namun sejak Sri Sultan HB VIII bertahta, pisowanan ini dihentikan.
ada satu tradisi permainan yang sangat menarik di alun alun selatan yang disebut Masangin. Masangin adalah memasuki celah di antara dua pohon beringin di tengah alun-alun itu dalam keadaan mata tertutup. Tampaknya sepele, tapi tak gampang. Banyak yang menjajal, tapi gagal. Selalu berbelok arah. anda ingin mencoba????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar